Melepaskan anak usia 11 dan 9 tahun dari gadget 100% ? Saya sih lambaikan bendera putih, menyerah. Bukan apa-apa, zaman memang sudah berganti, era permainan fisik sekarang sudah semakin punah. Sedih, tapi bagaimana lagi, semua ada masanya. Jika lima tahun lalu kita update status facebook “sent from facebook for blackberry” dan kemudian permintaan pin bbm bertubi-tubi, sekarang hampir semua orang bisa menggunakan facebook, mulai dari anak sampai kakek nenek. Media sosial yang lain pun hampir sama, tidak sedikit pengguna nya.
Kembali pada permainan fisik, saya memang menyadari betul
bahwa anak-anak saya tumbuh di lingkungan perumahan yang penghuninya hampir saling tidak
mengenal. Teman-teman sebaya mereka pun hanya beberapa orang, ditambah lagi
jalan raya yang cukup dekat dengan perumahan kami membuat saya khawatir kalau
anak saya terlalu lama bermain di luar rumah. Bukan hanya kendaraan yang lalu
lalang dan kadang tidak kenal aturan, tapi juga kejahatan yang semakin
meningkat. Pulang sekolah mereka biasanya akan istirahat sebentar kemudian
bermain di kompleks perumahan sekitar
dua jam, itupun dengan pesan khusus dari Mama nya ini supaya mereka
tidak ke pinggir sungai atau ke jalan raya.
Bagaimana cara mengatasi kelelahan mereka setelah hampir
sehari belajar di sekolah? Iya, Kevin kan hampir setiap hari pulang pukul 2.30
WIB karena ada les. Mau nggak diikutkan
les kasihan juga, pelajaran sekarang semakin susah, anak-anak diminta belajar
ekstra. Hufff, memang zaman sudah
berbeda. Saya akhirnya membiarkan mereka bermain dengan gadget di sela-sela waktu senggang. Dengan syarat, tidak melupakan
tugas utama yaitu belajar. Sekalipun kami tidak pernah memberi target tertentu
dalam nilai, tapi tentu saja harus tetap diawasi supaya mereka tidak
terus-terusan bermain.
Sebenarnya, Kevin dan Bile sudah kami belikan handphone yang cukupan untuk telepon,
sms, bbm, dan whatsapp, sekali lagi dengan syarat papa dan mama boleh melihat
isi handphone nya kapan saja. Maklum,
kita tidak pernah tahu apa yang dibagikan oleh teman-temannya, atau sebaliknya,
apa yang dibagikan anak-anak kita kepada teman-temannya. Saya memang belum
mengizinkan mereka bermain media sosial seperti facebook, instagram, path dan
lain-lain. Handphone hanya sebagai
sarana komunikasi yang penting saja.
Nah ternyata handphone
mereka belum cukup untuk bermain game online.
Akibatnya handphone Oma yang jadi
korban. Hampir setiap hari tuh dengar kalimat “Kevin, mana handphone Oma? Mau pakai, nih!” Hahaha, maaf ya Oma.
Hasil Ujian Tengah Semester Kevin cukup memuaskan, karena dia
termasuk anak yang konsisten dengan tanggung jawabnya. Sebagai orangtua tinggal
mengarahkan saja supaya tetap pada jalur. Bahkan, bulan Desember 2015 lalu
Kevin dan Bile berhasil masuk dalam daftar siswa penerima beasiswa. Saya jadi
berpikir, sudah waktunya handphone
Kevin diganti, terutama sih supaya nggak terus-terusan pinjam punya Oma.
Mudahnya mendapatkan informasi saat ini, membuat saya
mencari tipe handphone yang kiranya sesuai dengan kebutuhan Kevin. Cari sana
sini, akhirnya ketemu deh Advan I5a.
Lihat desain nya, wah pas banget ini, tipis dan mewah,
dengan tiga pilihan warna : White Rose
Gold, Cherry Rose Gold, dan Black Rose Gold. Kevin pasti pilih hitam, soalnya
dia memang penggemar warna hitam.
Untuk yang hobi bermain game seperti Kevin, handphone ini ternyata juga cocok, lihat
saja spesifikasi nya:
- Prosesor Mediatek MT6735P Quad Core speed 1GHz 64 bit.
- Maksimal dengan didukung RAM 2 GB serta memori internal 16GB yang bisa ditambah dengan microsd sampai 32GB
- Layar 5 inchi beresolusi HD 1280×720 (kepadatan 294ppi) cukup tajam untuk browsing, main game bahkan nonton video! Nah, Kevin yang mulai tumbuh remaja ini emang lagi seneng banget nonton Youtube, seringnya sih nonton video yang lucu-lucu dan unik.
- OS Android Lollipop khas advan serta support 4g LTE serta dual simcard.
- Kamera belakang dengan resolusi 13MP yang dilengkapi sensor BSI (BackSide Illumination) serta kamera depan 5MP untuk berfoto selfie. Oh iya, Kevin juga pengen sekali upload video buatannya ke Youtube, misalnya cerita tentang keseharian dia dan keluarga.
- Untuk baterai walaupun berkapasitas 2200 mAh, saya rasa cukup lah untuk membatasi waktu bermain bagi anak, kan bisa alasan harus dicharge, hehehe, namanya juga Ibu-Ibu harus punya sejuta akal, melarang tanpa membuat anak menjadi takut dan curi-curi kesempatan.
Melihat spesifikasi di atas, rasanya bisa nih mulai cari di
counter terdekat, apalagi harga untuk ponsel selengkap dan sebagus ini pun
tidak terlalu mahal, dibandro seharga Rp 1.850.000,00
Semoga segera bisa mewujudkan impian Kevin memiliki
handphone sesuai keinginannya, hitung-
hitung hadiah ulang tahun yang tertunda tiga bulan hehe. Amin ya Nak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar