Hari ini, 21 Agustus 2011 Bapak genap berusia 57 tahun, saya ingin mengenang kejadian bulan Desember 2010, waktu Bapak mengalami kecelakaan berat, notes di facebook aja deh saya pindahin ke sini.
Tahun 2009 lalu saya menulis notes di fb ini juga, notes yang menceritakan betapa rindunya saya pada Bapak, Mamak dan suasana natal di dusun kami yang kecil di Kalimantan Barat sana.
Memang untuk natal tahun 2010 ini dari kami 5 bersaudara hanya adik saya yang bekerja di Jakarta saja yang merencanakan pulang. Bukan apa-apa, banyak alasan yang tidak memungkinkan kami untuk merayakan natal di rumah.
Tetapi memang benar, hidup ini penuh kejutan. Kadang menyenangkan, banyak pula yang tidak.
Tanggal 20 Des 2010 jam 19.00 saya menerima telfon dari adik saya, Nug. Saya pikir hanyalah telfon curhat seperti biasa. Ternyata dia mengabarkan berita yang membuat saya nyaris pingsan. "Kak, Bapak kecelakaan, sekarang ngga sadar dan ada di ICU RS Agus Djam Ketapang, aku ga tau apa yang terjadi, kakak coba telfon Om Parjo deh, Beliau yang nolongin Bapak" begitu katanya. Saya terpana, air mata bercucuran tanpa terkendali. Suami yang kebetulan di dekat saya saat itu langsung melihat ada hal yang tidak mengenakkan terjadi, merangkul saya yang hampir jatuh, dan pelan-pelan menyuruh saya mencari informasi. Saya pun tersadar, saya harus logis. Dengan segera saya menelfon ke Mamak, yang ternyata beliau sedang dalam kondisi shock bercampur kalut, mempersiapkan diri untuk segera berangkat ke Rs tempat Bapak dirawat, yang jaraknya adalah sekitar 100 km dari rumah dengan kondisi jalan berlumpur, di malam buta akan pergi naik motor. Gosh... saya harus mencari info kemana? Saya mencoba menelfon ke hp Bapak yang diangkat oleh seorang rekannya, dan beliau cuma bilang "banyak doa aja mbak, Bapak belum sadar". Ya Tuhan....
Sepanjang malam itu adalah malam yang sangat berat yang pernah kami alami. Bagaimana tidak, kami berlima berada di tempat yang sangat jauh dengan Bapak Mamak. Kakak yang pertama berada di Sanggau, dengan sigap langsung mencari taksi untuk berangkat ke Pontianak, karena menurut dokter kondisi Bapak sangat parah, harus segera dioperasi di Pontianak. Itupun harus ditempuh sekitar 8 jam perjalanan.
Kakak saya yang kedua berada di Papua, di Freeport, yang tidak memungkinkan dia untuk segera berangkat malam itu juga. Saya dan adik yang ke 5 ada di Jogja, yang ke 4 ada di Jakarta. Malam itu kami semua saling menguatkan, lewat telfon, sms, bbm, dan semua media yang bisa menjadi penghubung. Mencari tiket pulang di saat peak season bukanlah sesuatu yang mudah. selain sulit, harga pun melambung tinggi. Di tengah kegalauan, pukul 00.30 Mamak menelfon untuk mengabarkan bahwa beliau sudah di ambulance yang akan membawa Bapak ke Teluk Batang, kemudian akan dilanjutkan dengan menggunakan speedboat.
Speedboat? tidak pernah terbayangkan Bapak yang terbaring dengan tubuh penuh luka, tidak sadarkan diri, harus menempuh perjalanan sejauh dan seberat itu. Bagai bergantung pada sehelai rambut, hanya doa-doa yang bisa kami panjatkan. Dan kakak saya mengambil keputusan kami semua harus segera ke Pontianak. Apa mau dikata, baru tanggal 22 Des kami bisa mendapat tiket pesawat.
Sungguh, waktu 24 jam terasa sangat lama, apalagi mendengar Bapak yang harus dioperasi, kondisi kesehatan Mamak pun mengkhawatirkan. Syukurlah, Kakak pertama saya, Kak Evi dan suaminya Bang Jo sudah bisa datang ke Pontianak, dan kebetulan Kak Evi yang perawat dengan mudah mendapatkan banyak bantuan dari teman-teman perawatnya yang bekerja di RS St. Antonius Pontianak.
Tanggal 22 Des saya dan Dedek, adik saya yang ke5 berangkat ke bandara dengan pikiran tidak menentu. Masing-masing hanya membawa tas berisi pakaian seadanya, tidak terpikir untuk membeli apa-apa sebagai buah tangan, karena memang yang ada di pikiran kami hanya Bapak. untunglah pesawat yang kami tumpangi tidak delay sehingga jam 11.00 kami sudah berada di bandara Soepadio Pontianak untuk kemudian naik taxi menuju RS. Sementara Kak Evi, Bang Jo, Kak Yeni, Nug dan Mamak sudah menunggu di sana. Turun dari taxi kami langsung menuju ruang ICU tempat Bapak dirawat. Kami hampir tidak diperbolehkan masuk karena jam kunjung sudah habis. Setelah menjelaskan bahwa kami baru datang suster di ruang itu dengan baik hati mempersilakan kami melihat Bapak. Saya dan dedek hanya bisa terdiam, betapa tidak, kepala Bapak bengkak, mata kanan ditutup, banyak jahitan, tulang belikat kanan patah, banyak luka di kaki, jari-jari tangan kanan bengkak, ada slang dari cairan otak, memar di sana sini banyak kabel untuk memonitor kondisi Bapak, dan beliau masih belum sadar, belum bisa berbicara. Rasanya hati ini masih tidak percaya. Bapak adalah seorang yang sangat kuat, hampir tidak pernah mengeluh sakit, selalu bersyukur, harus mengalami kejadian seperti ini.
|
Bapak di ruang ICU |
|
Bapak setelah dipindah ke ruang perawatan, masih belum sadar |
Memikul beban bersama-sama memang terasa lebih ringan. Mamak yang sejak Bapak kecelakaan tidak mau menyentuh makanan dan tidak bisa tidur setelah anak-anaknya berkumpul terlihat lebih ceria. apalagi yang bisa kami lakukan? tim medis sudah mengupayakan yang terbaik demi keselamatan Bapak, tugas kami adalah mensupport mental beliau sekaligus mental Mamak. Biarpun sedih tidak terkira dan harus membagi pikiran antara kesembuhan Bapak dengan kewajiban yang kami tinggalkan, termasuk anak-anak dan suami saya yang berada di Jogja, kami semua berusaha sekuat tenaga agar kami tidak menebarkan aura sedih di sekitar Bapak.
Hari ke2 di ICU Bapak sudah mulai menunjukkan respon yang baik. sudah bisa menggenggam tangan kami yang memegang tangan beliau, bahkan sudah bisa berusaha tersenyum dan meneteskan air mata ketika Mamak mengatakan beliau harus banyak berdoa. Demikian juga hari-hari berikutnya, semakin hari semakin baik. Malam natal pun kami lalui begitu saja di ruang tunggu ICU, kami menyempatkan diri misa di kapel rumah sakit. Hari natal kami mengikuti misa di Katedral Pontianak. Kami terus berdoa dan berharap ada keajaiban menyertai pengobatan Bapak. Pernahkah terbayang akan terjadi seperti ini? tidak pernah... Tetapi Tuhan tau yang terbaik untuk umat-Nya. Tepat di hari Natal Bapak sudah boleh dipindah ke ruang perawatan biasa. ada secercah perasaan lega di hati kami. setidaknya kami bisa menunggui Bapak setiap saat.
|
Mom and the ladies, christmas eve |
|
1st day of Blue Christmas |
|
Pindah ke kamar biasa dari ICU bukan berarti kami bisa tenang 100%, Bapak mulai mengalami fase mengigau, tidak ingat dengan kejadian setelah kecelakaan, meracau tentang pekerjaan, tidak bisa tidur semalaman, berontak mau melepas semua slang di tubuhnya. disinilah cinta kami semua diuji. Betapa kami harus saling menguatkan, lagi dan lagi. Suatu pagi setelah malam yang dilalui Bapak dengan meracau tentang surga dan mukjizat, saya menunggui Bapak dengan Nug, saya putarkan lagu di hp Bapak, Puji Tuhan beliau bisa ikut menyanyikan lagu itu "selama...musim belum bergulir, masih ada waktu saling membuka diri, sejauh batas pengertian, pintupun tersibak, cinta mengalir sebening embun...." terimakasih Ebiet G Ade :) Saat itulah kami yakin bahwa ingatan Bapak akan pulih kembali.
|
Nug nemenin Bapak nyanyi :) |
Demikianlah hari-hari berlalu dengan sangat cepat. Kami pun harus kembali ke rutinitas masing-masing. Dedek pulang tanggal 28 Des karena harus ujian, saya memutuskan untuk kembali ke Jogja tanggal 31 Des 2010, Nug tanggal 1 Jan 2011 dan Kak Evi tanggal 2 jan.
Ketika pesawat yang membawa saya kembali ke Jogja lepas landas, meneteslah air mata saya. Betapa kami, anak-anak Bapak dan Mamak mencintai mereka seperti mereka mencintai kami dengan cinta sebening embun. Rasanya tidak rela meninggalkan Bapak yang belum pulih, yang masih harus transfusi darah,yang masih harus menjalani serangkaian pengobatan :'(
|
Di depan Gua Natal dekat ruang ICU |
|
Pas pamit mau pulang ke Jogja |
|
Dari Jendela pesawat |
Tinggallah Mamak dan Kak Yeni yang masih bisa menjaga Bapak. Mereka berdua yang setia mendampingi Bapak, pun ketika Bapak berontak dan berhasil melepas slang makanan berikut oksigen, mereka dengan telaten menyuapi dan memandikan Bapak. Sampai hari ini, kondisi Bapak secara umum sudah berangsur membaik, hanya mata kanan Bapak yang harus dicek lagi. Ingatan Bapak sudah mulai pulih, beliau bisa menyebutkan nama kami dengan lengkap, bisa mengingat banyak hal kecuali satu: Bapak tidak pernah bertanya mengapa beliau ada di rs.
Manusia berencana, Tuhan menentukan. itulah yang benar-benar saya rasakan di penghujung tahun 2010. Saya sudah mengalami banyak sekali kegembiraan, kesenangan, sukacita, kesedihan, kecewa, sakit, dan masih banyak lagi. tetapi kejadian yang menimpa Bapak ini menjernihkan banyak hal, dan saya percaya Tuhan selalu punya rencana yang terindah. Semoga Bapak cepat pulih, Mamak diberikan kekuatan lahir batin, dan kami sekeluarga diberi kemampuan untuk menjalani apapun yang direncanakan Tuhan.
Teman-teman, sahabat, saudara yang sudah mendukung terimakasih banyak. tidak sedikit yang datang ke rumah sakit, tidak terhitung yang mendoakan, tidak sedikit pula yang memberikan bantuan. Luar biasa... hanya Tuhan yang mampu membalas kebaikan semuanya...
Get Well Soon, Dad, look... we love u always ^^
update: Mei 2011, Bapak sudah pulih sepenuhnya, sudah sadar lagi, kecuali mata kanan beliau yang masih belum pulih, apapun itu, Puji Tuhan Bapak dan keluarga kami bisa melewati semuanya...
update Juni 2011, Bapak bisa memenuhi keinginan Beliau untuk mengunjungi anak cucu nya di Jogja sekaligus memeriksakan mata dan mengganti gigi beliau dengan gigi palsu
Update 21 Agustus 2011, Puji Tuhan untuk semua anugerah yang telah kami terima...