Belakangan, karena lumayan selo
(baca : banyak waktu), saya dan teman-teman seringkali mencari tempat yang enak
untuk sarapan bareng setelah mengantar anak-anak sekolah. Jam tujuh pagi, yang
udah buka apalagi selain warung burjo? Ya ada sih beberapa resto yang buka
pagi-pagi gitu, tapi kan kadang kita Cuma butuh tempat untuk saling bercerita
sekaligus mengusir kejenuhan dengan pekerjaan rumah tangga. Ibu-ibu juga butuh
santai, keles!
Jogja itu emang istimewa, selain
terkenal dengan angkringan, dimana seluruh lapisan masyarakat bisa duduk dan
pesan kopi atau teh jahe dan menikmati gorengan yang lebih sedap kalau dibakar
sebelum dimakan, juga terkenal dengan menjamurnya warung burjo. Well, selain
minimarket 24 jam sih. Dulu waktu saya masih kuliah, warung burjo itu ya jualan
bubur kacang ijo sebagai menu utama. Selain itu ada juga menu lain yang
dijadikan singkatan lucu-lucu seperti : tante (indomie tanpa telur), joshua
(extra joss susu), dan masih banyak menu lain.
Dalam perkembangannya, warung
burjo sekarang sudah jarang yang
menyediakan menu bubur kacang ijo. Kebanyakan malah menjual nasi rames lengkap
dengan minuman pastinya. Dan yang saya lihat sekarang namanya berubah menjadi
warmindo.
Apapun itu, 500 meter dari
komplek perumahan saya ada sekitar 6 warmindo yang buka 24 jam, dan satu sama
lain berjarak tidak terlalu jauh. Ibarat kata dimana ada Indomaret pasti ada
Alfamart, nah seperti itulah keberadaan warmindo di sekitar rumah. Tentu saja
itu memudahkan ibu rumah tangga yang kadang pemalas seperti saya ini, lagi
pengen minum es coffeemix udah deh beli aja di warmindo, murah kok Cuma Rp 3000
per bungkus. Hihihi..
Yang datang juga beragam
kalangan, kebanyakan sih mahasiswa atau bapak-bapak Polisi (kebetulan rumah
dekat dengan polsek), yang mungkin bosan dengan jajanan di kantin kantor
mereka, atau bahkan warga sekitar, dan pastinya ibu-ibu selo seperti saya ini.
Warmindo yang sering kami
kunjungi letaknya di pojokan jalan, cukup strategis, luas, dan parkiran pun nyaman.
Gak perlu khawatir mobil bakalan kesenggol pengendara lain karena parkir bisa
di halaman warmindo itu. Pokoknya pas lah untuk sekedar nongkrong sejam dua
jam.
Nah, karena yang datang dari
banyak kalangan, seringkali kami disuguhkan pemandangan ajaib dari pengunjung
lain: tukang angkut sampah yang pake sneaker keren, duduk menikmati semangkok
indomie rebus panas mengepul dan es teh dua gelas, sales barang elektronik yang
menunggu jam masuk kantor sambil menelepon sana sini mengejar target, pegawai
pemerintahan yang mungkin tidak sempat sarapan di rumah, sekelompok mahasiswa
jago begadang, terlihat dari leceknya baju yang mereka pakai berikut rambut
yang tidak pernah disisir, sekelompok mahasiswa baik-baik yang pulang kuliah
pagi kemudian duduk-duduk dan membicarakan materi kuliah pagi itu, sekelompok
anak distro yang mengambil tempat di pojokan lalu ribut membicarakan pameran
indi clothing, beberapa orang pulang olahraga pagi, beberapa pasangan mesra, beberapa
pasangan yang sedang bertengkar, bahkan (mungkin) pasangan selingkuhan
hihihiihi.
Yang terakhir ini rasanya seperti
menonton drama. Minggu ini mereka datang dengan kendaraan berbeda, minum
segelas berdua, duduk di tempat paling tersembunyi, cekikikan mesra. Minggu
depan mereka datang masih dengan kendaraan yang berbeda, dari arah yang
berbeda, duduk di tempat yang sama, hanya kali ini saling berhadapan. Kemudian drama
pun dimulai, sang wanita meremas-remas rambutnya sendiri sambil menangis
tersedu-sedu, cukup keras untuk didengar seluruh pengunjung, sialnya saat itu
pengunjungnya hanya saya dan seorang teman. “kamu tega mas, kamu gak mikir
perasaan aku, kamu Cuma mikirin rumah tangga mu aja, aku gimana?, mana semua
janji kamu? Kamu jahat! ”
Errrr... rasanya pengen ke tengah
mereka dan bilang “ciye..marahan ciye...” hahahhaha.
Begitulah realita, bukan? Yang jelas
saya masih akan tetap duduk di tempat yang sama, pesan milo panas dan bercerita
dengan teman-teman kemudian pulang, mengurus rumah tangga.
Karena hidup memang sebuah
perjalanan.