Ada yang pernah baca buku "I Dont Know How She Does It"? Saya gak sengaja beli buku itu, tetapi pada akhirnya menjadi salah satu bacaan favorit saya di meja makan, yes...saya tipe orang yang punya kebiasaan makan sambil membaca, sungguh bukan sesuatu yang patut dicontoh heheh.
Buku itu menceritakan tentang Kate Reddy, seorang wanita karir sukses yang mempunyai dua anak yaitu Emily dan Ben, suaminya bernama Richard. Kate bahkan masih menggunakan nama keluarganya sendiri ketimbang menggunakan nama keluarga suaminya. Kate super sibuk, dia bisa saja berada di dua negara sekaligus di hari yang sama, tapi di satu sisi dia sangat ingin menjadi ibu yang baik bagi kedua anaknya, dia selalu merasa bersalah setiap kali dia harus meninggalkan anaknya dengan pengasuh, dan mendapati anaknya sudah berkutu atau sudah dibawa ke salon oleh pengasuhnya untuk potong rambut. Cara menebus kesalahannya adalah dengan membelikan anak-anaknya apa saja yang mereka inginkan setiap kali dia pulang dari perjalanan bisnis, atau dia berusaha membuat suguhan pada waktu ulang tahun anaknya, acara sekolah, acara makan siang, suguhan yang berbau rumahan alias hand made misalnya pie, walaupun pada akhirnya dia harus membeli pie di swalayan terdekat dan kemudian menaburi pie itu dengan tepung gandum, menggiling pie itu sedikit supaya terlihat tidak terlalu rapi.
Itulah yang ingin saya ceritakan di postingan kali ini, saya bukanlah wanita karir yang sukses seperti Kate Reddy, tapi menjadi seorang ibu bekerja, sungguh-sungguh petualangan luar biasa yang saya alami. Bagaimana perasaan saya ketika anak saya sakit dan saya tidak bisa meninggalkan pekerjaan, aaah jangankan sakit, saya akan setengah mati merasa bersalah kalau saya tidak bisa mengurus mereka di pagi hari, menyiapkan makanan dan bekal, menyiapkan seragam dan mengantarkan mereka untuk berangkat ke sekolah. Saya juga akan diliputi perasaan dosa kalau saya pulang lebih lama daripada biasanya. Saya tidak bisa menebusnya dengan membelikan mainan mahal, tapi saya merelakan "me time" saya untuk bersama mereka.
Contohnya ni, udah seminggu lebih ini saya di rumah mertua, karena papa mertua sakit, jadi saya dan anak-anak juga kakak ipar plus anaknya kumpul di sana, supaya lebih gampang koordinasi dan bisa nemenin papa mama juga. Jadilah setiap hari rute saya berubah total Perwita-sekolah-Seturan(mandi dan siap-siap ke kantor)-kantor-Seturan-Perwita.
Itu jadwal normal ya, jangan ditanya kalo saya harus bolak balik beberapa kali sehari, contohnya hari Selasa kemarin, seperti inilah rute saya:
Perwita - anter sekolah - pasar (beli cumi) - Perwita (masak cumi buat makan siang kiddos) - Seturan - Kantor - klien - kantor - seturan. Nah pas siap-siap berangkat arisan di komplek seturan, yes saya ikut arisan komplek, pemirsah.. si Kevin telfon dong nanya kapan pulang, padahal itu udah jam tujuh malam, ya udah saya jemput aja mereka ke Perwita untuk balik lagi ke Seturan, arisan dan pulang ke Perwita. Itu belum termasuk ke rumah sakit sesekali, nungguin papa. Hehehe yang baca aja capek yaaaa...
Sudah beberapa hari ini saya janji beliin kiddos bola kaki, karena di Perwita mereka bisa main bola di halaman, tapi gak pernah dapet, terpaksa deh setelah seharian survey calon klien di Magelang dengan heels 10 cm di bangunan yang belum jadi, pulang jam tujuh malam, saya bawa kiddos nyari bola kaki. Hadeh... dipikir-pikir pengen nangis rasanya, beneran deh...tapi punya waktu cuma beberapa jam sama anak-anak, rasanya gak rela juga kalau harus ninggalin mereka lagi saat saya sudah tidak pada jam kerja.
Tadi saya ketemu teman lama, seorang manager yang sangat sibuk, anak nya sudah berusia hampir tiga tahun, tapi masih menyusu. Alasannya dia terlalu sering meninggalkan anaknya untuk bekerja, jadi itulah satu-satunya jalan untuk mendekatkan dia secara fisik dan psikis dengan anaknya. Lihat betapa dalamnya perasaan bersalah seorang ibu kan ketika meninggalkan anaknya? Dia bahkan tidak menanggapi keheranan orang-orang yang bertanya "hah? serius lu? kan anak lu udah tiga tahun" Ya ya.. sangat dimengerti - oleh seorang ibu juga seperti saya - .
Buat saya, itulah yang dinamakan priceless moment, saat-saat mengasuh anak-anak, menjaga mereka, memberikan yang terbaik yang kita bisa buat mereka, kapan lagi? Gak lama anak-anak akan tumbuh besar, tambah jauh dari kita dan akan sibuk dengan dunia mereka sendiri. Hmmm belum-belum udah mewek bayangin mereka udah abg dan saya jalan-jalan sendirian :(
Sekarang sih kalau ditanya mereka akan bilang "aku mau sayang mama sampai kapanpun, sampai mama tuaaaa tuaaaa banget" hihihi aminnn ya nak...
Tadi saya ketemu teman lama, seorang manager yang sangat sibuk, anak nya sudah berusia hampir tiga tahun, tapi masih menyusu. Alasannya dia terlalu sering meninggalkan anaknya untuk bekerja, jadi itulah satu-satunya jalan untuk mendekatkan dia secara fisik dan psikis dengan anaknya. Lihat betapa dalamnya perasaan bersalah seorang ibu kan ketika meninggalkan anaknya? Dia bahkan tidak menanggapi keheranan orang-orang yang bertanya "hah? serius lu? kan anak lu udah tiga tahun" Ya ya.. sangat dimengerti - oleh seorang ibu juga seperti saya - .
Buat saya, itulah yang dinamakan priceless moment, saat-saat mengasuh anak-anak, menjaga mereka, memberikan yang terbaik yang kita bisa buat mereka, kapan lagi? Gak lama anak-anak akan tumbuh besar, tambah jauh dari kita dan akan sibuk dengan dunia mereka sendiri. Hmmm belum-belum udah mewek bayangin mereka udah abg dan saya jalan-jalan sendirian :(
Sekarang sih kalau ditanya mereka akan bilang "aku mau sayang mama sampai kapanpun, sampai mama tuaaaa tuaaaa banget" hihihi aminnn ya nak...