Cerita Yustine

Cerita Yustine
a story of love and life

yang udah mampir

Hit Counter

Jumat, 27 April 2012

Priceless Moment

Ada yang pernah baca buku "I Dont Know How She Does It"? Saya gak sengaja beli buku itu, tetapi pada akhirnya menjadi salah satu bacaan favorit saya di meja makan, yes...saya tipe orang yang punya kebiasaan makan sambil membaca, sungguh bukan sesuatu yang patut dicontoh heheh.

Buku itu menceritakan tentang Kate Reddy, seorang wanita karir sukses yang mempunyai dua anak yaitu Emily dan Ben, suaminya bernama Richard. Kate bahkan masih menggunakan nama keluarganya sendiri ketimbang menggunakan nama keluarga suaminya. Kate super sibuk, dia bisa saja berada di dua negara sekaligus di hari yang sama, tapi di satu sisi dia sangat ingin menjadi ibu yang baik bagi kedua anaknya, dia selalu merasa bersalah setiap kali dia harus meninggalkan anaknya dengan pengasuh, dan mendapati anaknya sudah berkutu atau sudah dibawa ke salon oleh pengasuhnya untuk potong rambut. Cara menebus kesalahannya adalah dengan membelikan anak-anaknya apa saja yang mereka inginkan setiap kali dia pulang dari perjalanan bisnis, atau dia berusaha membuat suguhan pada waktu ulang tahun anaknya, acara sekolah, acara makan siang, suguhan yang berbau rumahan alias hand made misalnya pie, walaupun pada akhirnya dia harus membeli pie di swalayan terdekat dan kemudian menaburi pie itu dengan tepung gandum, menggiling pie itu sedikit supaya terlihat tidak terlalu rapi.

Itulah yang ingin saya ceritakan di postingan kali ini, saya bukanlah wanita karir yang sukses seperti Kate Reddy, tapi menjadi seorang ibu bekerja, sungguh-sungguh petualangan luar biasa yang saya alami. Bagaimana perasaan saya ketika anak saya sakit dan saya tidak bisa meninggalkan pekerjaan, aaah jangankan sakit, saya akan setengah mati merasa bersalah kalau saya tidak bisa mengurus mereka di pagi hari, menyiapkan makanan dan bekal, menyiapkan seragam dan mengantarkan mereka untuk berangkat ke sekolah. Saya juga akan diliputi perasaan dosa kalau saya pulang lebih lama daripada biasanya. Saya tidak bisa menebusnya dengan membelikan mainan mahal, tapi saya merelakan "me time" saya untuk bersama mereka.

Contohnya ni, udah seminggu lebih ini saya di rumah mertua, karena papa mertua sakit, jadi saya dan anak-anak juga kakak ipar plus anaknya kumpul di sana, supaya lebih gampang koordinasi dan bisa nemenin papa mama juga. Jadilah setiap hari rute saya berubah total Perwita-sekolah-Seturan(mandi dan siap-siap ke kantor)-kantor-Seturan-Perwita. 
Itu jadwal normal ya, jangan ditanya kalo saya harus bolak balik beberapa kali sehari, contohnya hari Selasa kemarin, seperti inilah rute saya:

Perwita - anter sekolah - pasar (beli cumi) - Perwita (masak cumi buat makan siang kiddos) - Seturan - Kantor - klien - kantor - seturan. Nah pas siap-siap berangkat arisan di komplek seturan, yes saya ikut arisan komplek, pemirsah.. si Kevin telfon dong nanya kapan pulang, padahal itu udah jam tujuh malam, ya udah saya jemput aja mereka ke Perwita untuk balik lagi ke Seturan, arisan dan pulang ke Perwita. Itu belum termasuk ke rumah sakit sesekali, nungguin papa. Hehehe yang baca aja capek yaaaa... 

Sudah beberapa hari ini saya janji beliin kiddos bola kaki, karena di Perwita mereka bisa main bola di halaman, tapi gak pernah dapet, terpaksa deh setelah seharian survey calon klien di Magelang dengan heels 10 cm di bangunan yang belum jadi, pulang jam tujuh malam, saya bawa kiddos nyari bola kaki. Hadeh... dipikir-pikir pengen nangis rasanya, beneran deh...tapi punya waktu cuma beberapa jam sama anak-anak, rasanya gak rela juga kalau harus ninggalin mereka lagi saat saya sudah tidak pada jam kerja.

Tadi saya ketemu teman lama, seorang manager yang sangat sibuk, anak nya sudah berusia hampir tiga tahun, tapi masih menyusu. Alasannya dia terlalu sering meninggalkan anaknya untuk bekerja, jadi itulah satu-satunya jalan untuk mendekatkan dia secara fisik dan psikis dengan anaknya. Lihat betapa dalamnya perasaan bersalah seorang ibu kan ketika meninggalkan anaknya? Dia bahkan tidak menanggapi keheranan orang-orang yang bertanya "hah? serius lu? kan anak lu udah tiga tahun" Ya ya.. sangat dimengerti - oleh seorang ibu juga seperti saya - .

Buat saya, itulah yang dinamakan priceless moment, saat-saat mengasuh anak-anak, menjaga mereka, memberikan yang terbaik yang kita bisa buat mereka, kapan lagi? Gak lama anak-anak akan tumbuh besar, tambah jauh dari kita dan akan sibuk dengan dunia mereka sendiri. Hmmm belum-belum udah mewek bayangin mereka udah abg dan saya jalan-jalan sendirian :(

Sekarang sih kalau ditanya mereka akan bilang "aku mau sayang mama sampai kapanpun, sampai mama tuaaaa tuaaaa banget" hihihi aminnn ya nak...

Kamis, 19 April 2012

Si Tujuh Tahun

Punya anak usia tujuh tahun ternyata ... *lap dahi*
Ternyata ini adalah fase dimana dia mulai membantah, adu argumen, banyak melakukan negosiasi, bikin gemes, mau marah tapi berusaha mengerti, eit, ini bukan hasil penelitian, ini mungkin hanya terjadi pada anak saya si Kevin hehehe....

Membantah

Seinget saya (entah kalo saya amnesia :p) di umur tujuh tahun dulu saya paling takut kalau Bapak melotot dan akan berdiri dengan kaku di tempat sampai Bapak atau Mamak berhenti ngomel. Tapi, Kevin beda cerita, kalau dia gak dalam perasaan bersalah banget, dia akan membantah, misalnya

Saya  :  Kevin! kenapa PR gak dikerjakan tadi sama Pak Bayu (guru les)?
Kevin: Tadi bahas hasil mid test kemarin Ma
Saya  : Loh..kan sudah dibahas
Kevin : Iya Iya.. aku lupa, aku bener-bener lupa, karena otakku keras!
Saya  : Ya sudah, sekarang diambil buku PR nya
Kevin : Aahhh..
Saya  : Loh?
Kevin : Sekarang aku mau tidur, besok pagi bangunin aku jam lima biar aku kerjain PR nya
Saya   : What???

Menunjukkan minat

Kevin ini seperti yang sudah pernah saya bahas, keliatan berminat pada pelajaran bahasa. Nilai bahasa Inggrisnya selalu di atas 95, seringkali tertinggi di kelasnya. Dia suka membaca, suka menonton film yang berbahasa Inggris (selain sinetron Tendangan Madun yang diem-diem dia tonton sama Bile, kalo pas emaknya dateng mereka langsung ganti channel menjadi berita karena emaknya anti sinetron).

Kevin mengejutkan saya dengan permintaan "Aku mau les bahasa Inggris, abis itu aku mau les bahasa Perancis, kalo udah pinter aku mau les bahasa Jerman dan aku mau ke Paris, soal les nanti aku bicarakan dengan papa pas aku pulang sekolah" waw...hihiih semoga ya nak, amin amin amin.. Tapi bagian aku bicarakan itu loh, sok dewasa banget hahahha...

Negosiasi

Dulu, kalau Bapak bilang "Cik, kamu ikut sekolah Minggu" saya dengan patuh berangkat "Cik, jangan baca novel Mira W, kamu baca aja Wiro Sableng 212" ya.. saya baca dan jadi hafal jurus silatnya "Pukulan matahariiiiiii!!!!!"  *sigh*

Sekarang

Saya  : Kevin, nanti sore Pak Bayu dateng jam empat ya
Kevin : Gak bisa besok aja ya?
Saya   : jadwalmu hari ini, besok Pak Bayu gak bisa
Kevin : aku jam empat tu sibuk, jam satu aja ya
Saya  : hah? sibuk apaan? lagian jam satu itu  kan jadwalmu tidur siang
Kevin : Ya udah, jam duabelas aja, kalo jam empat aku bener-bener sibuk, susah dibangunin kalo lagi tidur

*phewwwwww*


Pemilih

Dibandingkan anak lain (dalam hal ini pembandingnya Bile karena cuma berdua hihihi), Kevin selalu lama dalam memilih sesuatu, mulai dari barang, baju, mainan bahkan sampai es krim sekalipun. Dia bingung menentukan mau makan kwetiaw goreng atau kwetiaw goreng nugget, hadeh...emaknya sama Bile jelas keburu gak sabaran kalo makan sama dia, kita berdua udah kelaperan dia masih sibuk mikir mana yang lebih oke antara es jeruk es dikit atau jeruk anget. 

But anyhow, Kevin juga anak yang sangat pengertian, dia akan dengan senang hati mengiyakan permintaan emaknya untuk pending beli buku karena belum ada uang, misalnya hehehe...dan dia bilang begini "Aku tau kok kalo mama sama papa marah kalo aku salah itu berarti karena sayang sama aku, cuma jangan pake marah marah melulu ya ma, sakit kuping dengernya" 

*glek* hihihiihi